Seorang Lelaki Yang Membuatku Menangis

Apa yang kita lakukan terhadap orang lain, akan kembali kepada kita. Aku tidak membahas hukum karma, karena dalam Islam tidak ada Karma. Hanya saja Alloh SWT akan mengembalikan sesuatu kepada kita sesuai yang kita lakukan. Jika yang dilakukan adalah kebaikan, maka akan dikembalikan dalam kebaikan, jika yang dilakukan adalah keburukan, maka akan dikembalikan dalam keburukan. Aku akan memulai tulisan ini dengan kisah “Kemaha-adilan Alloh SWT” yang ditunjukkan didepan Nabi Musa AS.

Ketika Nabi Musa AS menunggu wahyu diturunkannya Kitab Taurat di Gunung Tursina, beliau memohon kepada Alloh SWT untuk menunjukkan kemaha-adilanNYA. Kemudian turunlah Malaikat Jibril, diterangkan kepada Nabi Musa AS bahwa ia tidak akan mampu melihat kemaha-adilan Alloh SWT. Lalu Nabi Musa AS diperintah untuk pergi ke mata air di kaki gunung. Disitu ia disuruh untuk mengamati apa yang terjadi.

Nabi Musa AS mengikuti arahan Malaikat Jibril, berdiam diri bersembunyi mengamati mata air. Tak lama kemudian, muncullah seorang penunggang kuda mendekati mata air, ia turun dan minum airnya. Tak sadar ketika minum air, kantong berisi uang yang dibawa terjatuh. Karena tak tahu uangnya jatuh, setelah minum air ia langsung pergi meninggalkan mata air.

Selang beberapa waktu kemudian, seorang anak kecil datang untuk minum. Dia melihat ada kantong berisi uang, dibawa pergilah kantong tersebut. Kemudian orang ketiga yang datang ke mata air tersebut adalah orang buta, ia merasakan adanya air, lalu dia minum. Saat orang buta masih disitu, penunggang kuda kembali untuk mencari uangnya. Menemukan orang buta sendirian di mata air, penunggang kuda tadi langsung bertanya ke orang buta,
“Apakah kamu melihat kantong berisi uang disini?”
“Tidak.. aku buta jadi tidak bisa melihat” jawab si buta.
“Tidak mungkin kamu tidak mengambil, disini padang pasir, hanya kamu yang ada disini, pasti kamu yang mengambil”
“Silahkan geledah barang-barangku jika tidak percaya” sergah orang buta
Terjadilah pertengkaran, dan akhirnya penunggang kuda tadi membunuh orang buta itu.

Nabi Musa AS terus mengamati apa yang terjadi di mata air. Datanglah Malaikat Jibril, kemudian berkata “Dari ketiga orang tersebut siapakah yang salah?”. Lalu Nabi Musa AS menjawab, “Si anak kecil, kalau dia tidak mengambil uangnya, pasti si penunggang kuda tidak akan membunuh, dan si buta tidak akan mati”. Mungkin secara umum, orang akan beranggapan sama dengan Nabi Musa AS, bahwa yang salah adalah anak kecil tadi.

Malaikat Jibril menjelaskan, bahwa yang paling benar malah si anak kecil itu. Alloh SWT mengatur sedemikian rupa agar semuanya adil. Ayah dari anak kecil itu mati dibunuh, ketika masih hidup ia bekerja untuk si penunggang kuda. Dan penunggang kuda itu pernah tidak membayar gaji sang ayah, besarnya sama dengan uang yang di kantong tadi. Yang membunuh sang ayah adalah si buta. Jadi Alloh SWT membayar full hak sang ayah meskipun dia sudah mati, yang diberikan kepada anaknya. Dan Alloh SWT menghukum pembunuh ayah anak kecil tadi lewat tangan penunggang kuda yang dzolim (tidak membayar upah pekerjanya).

Begitulah kemaha-adilan Alloh SWT. Otak manusia tidak akan mampu melihat atau menerimanya. Hanya Alloh SWT yang tahu. Mari kita masuk kecerita yang menjadi judul tulisan ini “Seorang Lelaki Yang Membuatku Menangis”.

Perjalanan pendidikan formalku bisa dibaca di Apa Yang Tidak Sesuai Harapan, Bisa Jadi Kejutan Di Masa Depan. Saat aku tidak diterima di SMAN 6 Surakarta, kuputuskan untuk pergi ke MAN 1 Surakarta, tentu saja dengan setengah hati dan masih memendam rasa kecewa. Aku pergi mendaftar ke MAN 1 Surakarta bersama Pamanku, sebelumnya ketika mendaftar dan mengambil hasil pendaftaran di SMAN 6 pun juga diantar Paman. Saat itu ayah kerja, dan menyerahkan semua kepadaku, jadi apa-apa aku harus sendiri. Untung saja ada Paman yang bersedia mengantar keponakannya yang buta jalan di Solo.

123
Foto Halaman MAN 1 Surakarta (sumber disini)

Selesai mendaftar, dipastikan diterima karena lulusan MTs dan ada kemampuan mengaji. Setelah diumumkan diterima, semua siswa baru diwajibkan untuk mengikuti kegiatan OSPEK. Penyelenggaraannya dilakukan oleh OSIS MAN 1 Surakarta. Saat itu campur tangan alumni OSIS pada kegiatan-kegiatan OSIS masih sangat kental, termasuk kegiatan OSPEK dimana alumni-alumni OSIS pasti banyak yang datang, sekedar untuk main atau ikutan memlonco. Alhamdulillah sekarang MAN 1 Surakarta sudah berbenah, kegiatan siswa tidak boleh ada campur tangan alumni, meskipun hanya sekedar datang.

Rasa kecewa dan setengah hati membuatku seenaknya sendiri mengikuti OSPEK, dengan bercanda didalam kelas, menjawab dengan seenaknya pertanyaan pendamping kelas, dll. Hal ini ternyata membuat pendamping kelas kesal denganku, dilaporkanlah kelakuanku ini kepada salah satu alumni OSIS yang datang saat OSPEK. Alumni ini terkenal dengan tampang yang sangar dan kalau memlonco bisa habis-habisan.

r0036916
Foto Depan Lokal Barat MAN 1 Surakarta (sumber disini)

gedungmakn
Foto Depan Lokal Timur MAN 1 Surakarta (sumber disini)

Saat kegiatan baris-berbaris diluar kelas, dipanggilah aku keluar barisan untuk menemui alumni sangar tadi. Dicari-carilah kesalahanku, apa saja dicari-cari. Pokoknya harus salah. Diteriakin macem-macem. Neriakinnya pas didepan muka, atau pas didepan telinga. Hal tersebut berlanjut terus. Akhirnya tak terasa air mataku keluar. Sebenarnya aku tidak merasa takut, atau apapun. Tapi tidak tahu kenapa aku bisa mengeluarkan air mata. Dan itu bertambah banyak. Akhirnya aku dilepas pada saat itu, diantarnya aku kembali ke kelas.

Itu adalah momen memalukan. Tapi itu diluar kendali. Sampai kapanpun tragedy aku menangis di OSPEK itu membuatku jadi bahan olok-olokan. Aku tidak bisa menghindar, aku tidak bisa mengelak. Karena itu kenyataan.

Apa yang dilakukan alumni sangar tersebut bukanlah hal yang bijak. Mempermalukan orang didepan orang lain adalah hal yang sangat tidak bijak. Apa yang akan terjadi bila yang dipermalukan itu tidak terima? Bisa jadi ia akan mendoakannya dengan doa yang tidak baik. Kita tahu bahwa doa orang yang teraniaya adalah doa yang makbul.

foto-man
Foto Keluarga Kelas 1.1 tahun 2002/2003

Mungkin pengaruh tragedy OSPEK tadi, aku mendaftar jadi pengurus OSIS. Dan ketika kegiatan melibatkan junior seperti OSPEK dan LDK OSIS, aku membentak-bentak junior. Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan hati, saya meminta maaf bila selama menjadi penyelenggara OSPEK atau LDK OSIS di MAN 1 Surakarta ada tindakan yang diluar batas, ada tindakan yang tidak bijak, semoga bisa dimaafkan.

Kemaha-adilan Alloh SWT pasti akan muncul. Dan aku merasakannya setelah 10 tahun lebih dari kejadian dipermalukan tadi. Alloh SWT menunjukkan kemaha-adilannya. Apa yang Alloh tunjukkan tidak perlu aku tulis disini, intinya Alloh SWT membalas setimpal atas tindakan manusia. Dan kemaha-adilan Alloh SWT itu memang benar-benar nyata, meskipun seringnya kita meragukannya, seperti kisah Nabi Musa AS tadi, dan tentunya ceritaku ini.

 

Note: Kisah Nabi Musa AS diceritakan oleh Ustadz DR. Khalid Basalamah.

Tinggalkan komentar